Piggyback yang Gampang dan Murah (Edisi Final)
(Yuk bikin piggyback yang
gampang dan murah meriah …)
Pada tulisan sebelumnya, berjudul
“Piggyback yang gampang dan murah” dari
bagian 1 sampai dengan 5, ada beberapa kekurangan yang perlu dibenahi. Beberapa
sahabat BlogTrigas ada yang menanyakan masalah-masalah yang terjadi, kaitannya dengan
rangkaian piggyback pada tulisan tersebut yaitu menyangkut rangkaian, komponen,
dan lainnya. Ada yang sudah merangkai piggyback hinggai selesai tetapi hasilnya
adalah nol, rangkaian tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Menanggapi hal tersebut
tersebut di atas, BlogTrigas mencoba merilis ulang tulisan yang terpecah
menjadi lima bagian tersebut menjadi satu tulisan yang padu sekaligus untuk menyempurnakan
kekurangannya. Tidak hanya secara teoritis, kali ini BlogTrigas mencoba
menyajikan cara merancang dan membuat piggyback secara praktis dengan
menyiapkan beberapa tools (software) yang sudah disiapkan, sahabat BlogTrigas
tinggal mendownload dan memakai tools tersebut, link ada di bawah disesuaikan
dengan topik bahasannya.
BlogTrigas berharap pada
tulisan kali ini sahabat BlogTrigas lebih mudah memahami, merakit, dan
sekaligus mencoba sendiri rangkaian yang telah dibuat baik secara simulasi atau
dipasang langsung pada kendaraan.
1. Pengertian Piggyback
Piggyback adalah seperangkat alat tambahan yang dipasang di kendaraan,
berfungsi untuk memanipulasi data
(sinyal) sensor sebagai masukan (electronic
control unit) ECU dan/atau memanipulasi
sinyal perintah dari ECU ke aktuator. Maksud dan tujuan sebuah piggyback dipasang
pada engine management system (EMS), chassis management system (CMS), dan/atau
comfort, safety, and information
technology (CSIT) adalah untuk meningkatkan unjuk kerja (performa), efisiensi
penggunaan bahan bakar, dan menghasilkan gas buang yang ramah lingkungan, meskipun
pada kenyataannya tidak mungkin tujuan tersebut akan tercapai keseluruhan
sekaligus. Pemilik kendaraan memodifikasi kendaraannya dengan memasang sebuah
piggyback untuk mendapatkan hasil tertentu yang paling diinginkan. Istilah EMS,
CMS, CSIT, dan istilah pada teknik ototronik diambilkan dalam uraian [1] (https://ototronik-inovatif.blogspot.com/2019/09/istilah-pada-teknik-ototronik-autotronic.html). Saat ini tren penggunaan piggyback kebanyaan dipakai pada EMS, yaitu
untuk memanipulasi sistem kontrol injeksi elektronis dan sistem kontrol
pengapian elektronis. Sangat memungkinkan sekali bahwa penggunaan piggyback ke
depannya akan merambah ke sistem kendaraan lainnya, seperti pada CMS dan CSIT.
Pembahasan piggyback pada tulisan ini dibatasi pada EMS, yaitu memanipulasi
sensor manifold absolute pressure
(MAP) yang mempengaruhi kinerja pada sistem injeksi dan pengapian.
2. Jenis Piggyback
Piggyback dengan berbagai merk bisa ditemui dipasaran. Dalam tulisan [2] dan [3] dijelaskan ada beberapa merk piggyback yang ada di pasaran da sekaligus
menginformasikan kisaran harganya, seperti Dastek Unichip, HKS Unichip,
G-Reddy, Power Commander V, Dynojet Digital Fuel Controller, Juice Box,
Speedspark, dan lain-lain.
Berdasarkan penggunaan komponen elektronika yang dipakai, piggyback
digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu (1) piggyback berbasis elektronika analog,
(2) piggyback berbasis elektronika digital, dan (3) piggyback berbasis
mikrokomputer. Piggyback dipasang pada kendaraan yang terkontrol secara
elektronik oleh electronic control unit (ECU),
tidak bisa dipasang pada kendaraan yang terkontrol secara mekanis seperti
karburator.
3. Cara Kerja Piggyback
Cara pemasangan pada piggyback dibagi menjadi dua, yaitu (1) piggyback
yang dipasang antara sensor dan ECU dan (2) piggyback yang dipasang antara ECU
dan aktuator. Jenis piggyback pertama dipasang untuk memanipulasi sinyal
keluaran sensor sebelum diteruskan ke ECU. Tipe sinyal keluaran sensor pada
kendaraan bisa digolongkan menjadi dua, yaitu sinyal dengan informasi tipe
analog dan sinyal dengan informasi tipe digital. Memanipulasi sinyal tipe
analog lebih mudah dibandingkan sinyal tipe digital, yaitu dengan cara merubah dalam
ranah besaran tegangan (Volt), ditambah atau dikurangi. Sedangkan pada tipe
digital dilakukan dengan cara merubah besaran dalam ranah waktu. Jenis
piggyback yang kedua, antara ECU dan aktuator, dipasang untuk memanipulasi
sinyal perintah yang dihasilkan oleh ECU sebelum diteruskan untuk menggerakkan
aktuator. Salah satu contoh pengaruh jika dipasang pada sistem injeksi
elektronis adalah sinyal perintah ke injektor bisa diperlebar atau dipersempit yang
mengakibatkan injekor membuka lebih lama atau lebih cepat sehingga semprotan
bahan bakar ke engine bisa lebih banyak atau lebih sedikit.
4. Memanipulasi sensor MAP
Melanjutkan tulisan sebelumnya pada web-blog ini, berjudul “Piggyback
yang gampang dan murah” dari bagian 1
sampai dengan 5, pada tulisan ini aplikasi penggunaan piggyback diterapkan
untuk memanipulasi sinyal dari sensor manifold
absolute pressure (MAP). Sensor MAP berguna untuk membaca besaran tekanan
udara di dalam intake manifold. Semakin besar tekanan udara yang masuk, maka
semakin banyak pula udara yang masuk ke dalam engine, begitu pula sebaliknya.
Contoh sensor MAP pada toyota [4]
Besaran tekanan udara ini oleh sensor MAP dikonversi menjadi besaran
listrik dalam bentuk besaran tegangan dengan satuan Volt. Selanjutnya keluaran
sensor ini diteruskan ke ECU sebagai informasi kondisi banyak sedikitnya
(tekanan) udara di dalam intake manifold.
Rangkaian elektronik yang menghubungkan sensor MAP
dan ECU pada toyota [4]
Hubungan besaran tekanan udara sebagai masukan sensor MAP dan besaran tegangan
sebagai keluaran sensor MAP ditunjukkan pada gambar dibawah. Tampak pada grafik
bahwa semakin besar tekanan pada intake manifold, maka semakin besar pula
tegangan yang dihasilkan oleh sensor. Pada kondisi deselerasi, yaitu pada
kondisi tekanan intake manifold sekitar 20 kPa, menghasilkan tegangan sebesar
sekitar 1.2 Volt. Pada kondisi idle atau rpm stabil, yaitu pada kondisi tekanan
intake manifold sekitar 40 kPa, menghasilkan tegangan sebesar sekitar 1.7 Volt.
Dan pada kondisi akselerasi maksimum, yaitu pada kondisi tekanan intake
manifold sekitar 100 kPa, menghasilkan tegangan sebesar sekitar 3.5 Volt.
Karakteristik hubungan antara masukan dan keluaran
sensor MAP pada toyota [4]
Malang, 11 Oktober 2019
Ide utama piggyback dipasang antara sensor MAP dan ECU adalah untuk merubah nilai tegangan
keluaran sensor MAP menjadi nilai yang diinginkan pada kondisi mesin tertentu,
baik idle, deselerasi, dan/atau akselerasi. ECU dibohongi oleh piggyback dan
diberi tegangan keluaran MAP dengan nilai yang tidak sama dengan kondisi
tekanan intake manifold sebenarnya.
Normalnya, pada sistem kontrol injeksi, besar tegangan sensor MAP berpengaruh
terhadap lebar pulsa sinyal ke injektor (dalam satuan mili detik) setelah
diolah oleh ECU. Besar lebar pulsa tersebut biasanya berkisar dari 0 mili detik
hingga 25 mili detik pada mesin berbahan bakar bensin. Semakin lebar pulsa yang
diberikan, yaitu semakin lama injektor saat ON, maka bahan bakar yang
disemprotkan ke dalam mesin semakin banyak. Pada saat tekanan intake manifold
besar (akselerasi), udara yang masuk ke dalam intake manifold banyak, tegangan
yang dihasilkan oleh sensor MAP adalah besar. Informasi ini dibaca oleh ECU untuk
diolah dan selanjutnya ECU memberikan sinyal perintah ke injektor berupa pulsa
yang lebar agar tetap tercapai air fuel
ratio (AFR) 14,7 : 1. Demikian pula pada saat tekanan intake manifold kecil
(deselerasi), udara yang masuk ke dalam intake manifold sedikit, tegangan yang
dihasilkan oleh sensor MAP adalah kecil. Informasi ini dibaca oleh ECU untuk
diolah dan selanjutnya ECU memberikan sinyal perintah ke injektor berupa pulsa
yang sempit agar tetap tercapai air fuel
ratio (AFR) 14,7 : 1.
Pada sistem kontrol pengapian, besar tegangan sensor MAP yang dihasilkan
berpengaruh terhadap maju-mundur sinyal perintah ke koil pengapian. Pada saat
tekanan intake manifold besar (akselerasi), udara yang masuk ke dalam intake
manifold banyak, tegangan yang dihasilkan oleh sensor MAP adalah besar. Informasi
ini dibaca oleh ECU untuk diolah dan selanjutnya ECU memberikan sinyal perintah
ke koil berupa pulsa yang dimundurkan dengan tujuan dihasilkan tenaga dan torsi
yang optimal dan tidak terjadi knocking (detonasi).
Demikian pula pada saat tekanan intake manifold kecil (deselerasi), udara yang
masuk ke dalam intake manifold sedikit, tegangan yang dihasilkan oleh sensor
MAP adalah kecil. Informasi ini dibaca oleh ECU untuk diolah dan selanjutnya
ECU memberikan sinyal perintah ke koil berupa pulsa yang dimajukan dengan
tujuan tetap dihasilkan tenaga dan torsi yang optimal dan tidak terjadi knocking (detonasi).
5. Rangkaian elektronika Op-Amp untuk memanipulasi sensor MAP
Implementasi rangkaian pengolah sinyal dengan op-amp untuk memanipulasi
sinyal tegangan prinsipnya adalah dengan pendekatan persamaan garis lurus y =
m*x + c, dengan diketahui dua titik yang melewati garis lurus tersebut. Dalam
persamaan garis lurus tersebut y adalah variabel tegangan keluaran piggyback
dalam Volt; x adalah variabel tegangan sensor MAP dalam Volt, m adalah gradien
(kemiringan) persamaan garis lurus; dan c adalah nilai konstanta yang memotong
sumbu y atau nilai konstanta saat x = 0.
Dalam tulisan kali ini, BlogTrigas hanya menjelaskan langkah praktis saja
untuk mendesain dan membuat rangkaian
op-amp sebagai piggyback untuk memanipulasi sensor MAP sebelum dibaca oleh ECU.
Sahabat BlogTrigas bisa membaca penjelasan mengenai penurunan secara teoritis
dari persamaan matematika yang diperlukan hingga dihasilkan sebuah rangkaian
op-amp di dalam tulisan https://ototronik-inovatif.blogspot.com/2019/09/rangkaian-op-amp-dengan-pendekatan.html.
Secara ringkasnya urutan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
a.
Menentukan titik pertama (x1,y1) dan titik
kedua (x2,y2)
Nilai kedua titik tersebut ditentukan berdasarkan dua kondisi mesin yang
berbeda. x1 adalah besar tegangan sensor MAP yang diketahui pada kondisi
pertama; y1 adalah besar tegangan sensor MAP yang diinginkan pada kondisi
pertama; x2 adalah besar tegangan sensor MAP yang diketahui pada kondisi kedua;
dan y2 adalah besar tegangan sensor MAP yang diinginkan pada kondisi kedua.
Sebagai misal kondisi yang berbeda tersebut adalah pada saat kondisi
mesin pada putaran idle dan putaran mesin pada saat akselerasi. Untuk mobil
pabrikan Toyota, karakteristik sensor MAP yaitu: pada saat idle menghasilkan
tegangan sensor MAP sebesar 1.7 Volt dan pada saat akselerasi maksimum
menghasilkan tegangan sensor MAP sebesar 3.4 Volt. Dari sini bisa diketahui
bahwa nilai x1 = 1.7 Volt, dan x2 = 3.4 Volt.
Selanjutnya adalah menentukan nilai tegangan yang diinginkan pada kedua
titik kondisi tersebut di atas. Misalkan pada saat kondisi putaran mesin idle, x1
= 1.7 Volt, diinginkan tegangannya bernilai tetap, y1=1.7 Volt. Dan pada saat
kondisi akselerasi maksimum, x2 = 3.4 Volt, diinginkan tegangannya menjadi y2 =
3.6 Volt. BlogTrigas berharap setelah dipasang piggyback maka pada saat kondisi
putaran idle jumlah bahan bakar yang disemprotkan ke mesin tidak berubah, tetapi
pada saat kondisi akselerasi maksimum jumlah bahan bakar yang disemprotkan ke
mesin bertambah dari yang seharusnya, karena ada peningkatan 0.2 Volt dari
tegangan sensor MAP yang seharusnya. ECU membaca masukan dari sensor MAP
sebesar 3.6 Volt, bukan lagi 3.4 Volt.
Saat ini kita memperoleh dua titik (x1,y1) = (1.7, 1.7) Volt dan
(x2,y2) = (3.4, 3.6) Volt.
b.
Menghitung Nilai Variabel yang Dibutuhkan
Cara praktis untuk mendapatkan nilai variabel yang dibutuhkan pada
rangkaian op-amp yang diperlukan adalah dengan memanfaatkan software yang
BlogTrigas create untuk membantu dan mempermudah sahabat BlogTrigas.
Perhitungan di dalam software mengikuti perhitungan yang telah diuraikan dalam https://ototronik-inovatif.blogspot.com/2019/09/rangkaian-op-amp-dengan-pendekatan.html. Software bisa di download pada
link:
Tampilan
software nampak seperti gambar di bawah:
(Bersambung)
DAFTAR
PUSTAKA
[1] Trigas, “BLOG Trigas - OTOTRONIK -
AUTOTRONIC - ADVANCE AUTOMOTIVE - Innovative PROJECT: Istilah pada Teknik
Ototronik (Autotronic),” BLOG Trigas - OTOTRONIK - AUTOTRONIC - ADVANCE
AUTOMOTIVE - Innovative PROJECT, 13-Sep-2019. .
[2] K. C. Media, “Piggyback Membantu Irit BBM,” KOMPAS.com. [Online]. Available: https://otomotif.kompas.com/read/2008/07/09/06285810/piggyback.membantu.irit.bbm. [Accessed: 16-Sep-2019].
[3] “Apa itu Piggyback Fungsi dan Cara Kerjanya,” RiderGalau.com, 29-Oct-2015. [Online]. Available: https://www.ridergalau.com/piggyback/. [Accessed: 16-Sep-2019].
[4] Toyota Technical Training, (TCCS) Toyota Computer Controlled System. Japan: Toyota Motor Corporation, 1997.
[2] K. C. Media, “Piggyback Membantu Irit BBM,” KOMPAS.com. [Online]. Available: https://otomotif.kompas.com/read/2008/07/09/06285810/piggyback.membantu.irit.bbm. [Accessed: 16-Sep-2019].
[3] “Apa itu Piggyback Fungsi dan Cara Kerjanya,” RiderGalau.com, 29-Oct-2015. [Online]. Available: https://www.ridergalau.com/piggyback/. [Accessed: 16-Sep-2019].
[4] Toyota Technical Training, (TCCS) Toyota Computer Controlled System. Japan: Toyota Motor Corporation, 1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar